Waduh, Staf dan Pasien Rumah Sakit Ini Minum Air Toilet Selama 28 Tahun
Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Rabu, 10 November 2021
0 dilihat
Ilustrasi kran air yang mengalir. Foto: Repro detik.com
" Orang-orang di rumah sakit Osaka, Jepang, meminum air toilet akibat kesalahan pengaturan saluran pipa "
OSAKA, TELISIK.ID - Orang-orang di rumah sakit Osaka, Jepang, meminum air toilet akibat kesalahan pengaturan saluran pipa.
Melansir Suara.com - jaringan Telisik.id, tanpa disadari meminum air toilet tersebut dialami selama 28 tahun lamanya.
Namun, mengutip World of Buzz, Rabu (10/11/2021), air di rumah sakit ini setiap minggunya rutin diperiksa dari sisi warna, kualitas, dan baunya.
Hasilnya, air yang diperuntukkan menyiram toilet ini tidak ditemukan adanya masalah, bahkan air ini digunakan untuk minum sejak 1993 silam.
Setelah ditelusuri, ternyata fenomena ini berasal dari pipa bangunan yang tidak pernah berubah sejak rumah sakit pertama kali dibangun pada 3 dekade lalu.
Seiring berjalannya waktu, sudah ada lebih dari 100 bangunan di universitas tempat rumah sakit tersebut beroperasi.
Awalnya, air sumur yang telah diolah akan digunakan untuk menyiram toilet.
Baca Juga: Singkirkan Jack Ma, Ternyata Orang Terkaya di China Adalah Tukang Air Galon
Baca Juga: Pemkot di China Tawarkan Uang Tunai Rp 222 Juta Bagi Warga yang Tahu Sumber COVID-19
Tapi akibat kesalahan konstruksi, pipa air minum malah tersambung untuk air toilet, dan sebaliknya pipa air sumur malah tersambung untuk air minum.
Bahkan selama 28 tahun pula, staf di rumah sakit tidak hanya minum dari air toilet, tapi juga menggunakan air tersebut untuk berkumur dan mencuci tangan.
Hal ini akhirnya terungkap baru-baru ini, setelah pihak manajemen rumah sakit mulai membangun gedung baru, dan segera dilakukan perbaikan.
Akibat kesalahan ini, peneliti sekaligus wakil presiden universitas, Kazuhiko Nakatani, meminta maaf terkait hal ini.
"Saya sangat menyesal bahwa rumah sakit universitas menyediakan perawatan medis tingkat lanjut, menyebabkan kekhawatiran yang tidak seharusnya," tutur Nakatani. (C)
Reporter: Fitrah Nugraha
Editor: Haerani Hambali