Cerita Seorang Mualaf di Kendari Dapat Hidayah dari Mimpi

Erni Yanti, telisik indonesia
Sabtu, 28 September 2024
0 dilihat
Cerita Seorang Mualaf di Kendari Dapat Hidayah dari Mimpi
Nampak seorang pria sedang duduk berdoa. Foto: Repro InsertLive

" Seorang pria di Kota Kendari, bernama Yohanes, memutuskan mualaf setelah mendapatkan hidayah melalui mimpi "

KENDARI, TELISIK.ID - Seorang pria di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, bernama Yohanes, memutuskan mualaf setelah mendapatkan hidayah melalui mimpi.

Dalam perjalanan hidup Yohanes, agama Islam tidak begitu asing baginya karena keluarga ibunya berlatar belakang agama Islam. Namun setelah menikah dengan sang ayah, ibunya memutuskan untuk mengikuti keyakinan ayahnya.

Masa kecil Yohanes sejak mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, sudah terbiasa dengan Al-Qur'an karena mata pelajaran muatan lokal di sekolahnya adalah Bahasa Arab. Sehingga beberapa surah pendek di dalam Al-Qur'an sudah dihafalnya dan di rapornya tertuliskan identitasnya beragama Islam.

Setelah menyelesaikan pendidikan, Yohanes dari kampungnya di Kabupaten Bombana berangkat ke Kota Kendari untuk mengikuti tes masuk kepolisian. Namun ia gagal, sehingga ia menguburkan mimpinya untuk menjadi polisi.

Baginya tak pernah terpikirkan untuk menetap di Kota Kendari. Apalagi dia hanya anak seorang petani. Namun karena niatnya yang kuat, ia nekat ke Kota Kendari dan diasuh oleh orang yang tidak dikenalnya yang disering disebutnya bapak angkat.

Pada tahun 2003 setelah tinggal dengan bapak angkatnya, Yohanes bermimpi didatangi oleh cahaya terang yang saling bertabrakan, sehingga salah satunya menghilang.

"Saya betul-betul ditunjukkan, seperti saya sedang ketindisan setengah sadar, mau buka mata tapi tidak bisa bergerak. Saya ditunjukkan dengan cahaya yang begitu terang yaitu Al Kitab dan Al-Qur'an, terbuka lebar saling bertabrakan, kemudian Al Kitab itu menghilang," katanya kepada telisik.id beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Kisah Mualaf Menachem Ali, Pakar Filologi Pernah Debat KH Abdullah Wasian

Setelah mendapatkan mimpi itu, Yohanes tak menghiraukan dan memilih melupakannya. Namun beberapa malam berikutnya, mimpi yang persis sama kembali terulang.

"Mimpi yang sama kembali mendatangi saya dan saya belum tau bahwa itu namanya hidayah. Perjalanan beberapa malam kemudian datang lagi dengan mimpi yang mirip. Ada cahaya sampai tembus dinding saya lihat dengan jari-jari besar," kata Yohanes.

Setelah mimpi itu terus mendatanginya, ia memilih pindah kamar tidur. Meski demikian, mimpi itu terus datang. Ia melihat sesuatu di posisi ketinggian, turun cahaya warna putih kemudian berubah menjadi jubah lalu memegang kepalanya.

"Bahasanya kalau mau selamat ikutlah jalan kebenaran, saat itu sampai gorden jendela bocor karena saya parangi. Cahaya yang datang itu saya kira setan. Nanti dua hari mau puasa tahun 2003 datanglah lagi itu mimpi. Saya melihat diriku pada posisi ketinggian mengucapkan dua kalimat syahadat, besoknya saya ketemu bapak angkatku saya bilang mau masuk Islam," ungkap Yohanes.

Setelah petunjuk itu datang kepadanya, ia menyampaikan kepada sang bapak angkat untuk masuk Islam. Namun bapak angkatnya mengatakan agar menyampaikan terlebih dahulu kepada saudara-saudara dan orang tuanya.

Dua kali meminta untuk masuk Islam kepada bapak angkatnya, namun belum direspon. Tak menyerah, ia menanyakan arti mimpinya kepada orang tua lain yang dikenalnya. Orang tua itu menjawab bahwa secara halus diri Yohanes telah masuk Islam karena telah bersyahadat di dalam mimpi.

Setelah ia kembali ke rumah bapak angkatnya, ia melihat sang bapak angkat membawa sesuatu ternyata songkok (kopiah), buku iqra, buku panduan salat dan sejadah untuk Yohanes. Dia pun dibawa ke mesjid untuk bersyahadat.

Jika melihat perjalanannya, menurut Yohanes, sudah direncanakan Tuhan karena petunjuk dan hidayah itu betul-betul ia dapatkan. Kata dia, menjadi mualaf bukan karena hal lain namun karena niat dan benar-benar keinginan dari dalam hati.

Ia sempat akan mengganti nama dalam KTP-nya yang tertulis Yohanes menjadi nama saat masuk Islam yakni Muhammad Ramadhan. Namun karena jika ia mengubah nama harus juga mengganti nama di ijazah, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk mengganti nama di KTP. Ia juga mendapat nasehat bahwa nama pemberian orang tua dan keyakinan itu di dalam hati, bertambahlah kekokohan hatinya untuk tidak mengubah namanya di KTP.

Setelah menjadi mualaf, ia juga mulai belajar membaca Al-Qur’an. Bahkan dengan keyakinan dan kemauan yang kuat, sehingga dalam waktu satu bulan ia sudah mahir membaca Al-Qur'an dan bahkan sudah pernah khatam Al-Qur’an dua kali.

Setelah menikah, ia pindah di lokasi lahan yang pernah dibelinya. Tanpa disadari, ternyata di samping lahan miliknya yang akan didirikan rumah, merupakan masjid yang baru dipondasi.

Baca Juga: Clara Shinta Baca Kalimat Syahadat Usai Berdoa Kepada Tuhan Agama Sebelumnya

"Nanti setelah dipondasi baru tahu kalau itu masjid. Pada waktu itu saya menjadi panitia pembangunan masjid dan sampai pada posisi wakil ketua panitia. Sampai sekarang masih menjadi koordinator pembangunan Masjid Baitul Maud," katanya.

Sampai saat itu keyakinannya semakin kuat bahwa jika mengurus masjid yang merupakan rumah Tuhan atau tempat beribadah, maka tak perlu ragu akan nasib. Allah pasti memberikan yang terbaik.

Setelah memeluk agama Islam, Yohanes mengakui kehidupannya mulai berbeda. Ia mulai menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya

Melalui Ilmu-Ilmu agama yang sudah didapat, ia menerima pesan dari sang guru bahwa jika menjadi mualaf, maka akan diampuni dosa-dosa seperti anak yang baru terlahir kembali.

Keputusannya menjadi mualaf, ternyata mendapat restu dari orang tuanya, yang bahkan memberinya nasehat kehidupan.

"Ibu saya ketika saya telepon dia selalu titip pesan bahwa selalu utamakan Tuhanmu (Allah). Jadi sebelum saya beraktivitas, saya selalu ingat pesan orang tua saya," terangnya. (A)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga