Jadi Mualaf, Keturunan Tionghoa ini Jalani Puasa Ramadan Pertamanya di Kendari
Siswanto Azis, telisik indonesia
Sabtu, 09 Mei 2020
0 dilihat
Jo Indra Yulianto dan Jessicha Yusuf. Foto: Ist.
" Saya merasa takut, apakah saya benar-benar sudah siap menyambut Ramadan dan menaati semua aturan yang ada di dalamnya? Bagaimana jika di tengah puasa, saya tak sengaja makan?. "
KENDARI, TELISIK.ID - Puasa Ramadan tahun ini adalah kali pertama bagi Jo Indra Yulianto menjalani puasa. Mualaf asal Jakarta itu kini menetap di Kota Kendari.
Jo Indra Yulianto menikah dengan gadis pujaan hatinya asal Kota Kendari, Jessicha Yusuf. Puasa pertama menjadi pengalaman hidup yang luar biasa bagi lelaki keturunan Tionghoa ini.
Sebelum Ramadan tiba, Jo Indra sudah sangat menantikan momen tersebut. Banyak hal yang ingin ia rasakan langsung di bulan suci, salah satunya kehangatan saat menjalani puasa bersama-sama kaum muslimin lainnya.
Memiliki istri dan bergaul dengan orang muslim memberi keuntungan bagi mualaf ini. Pertanyaan yang muncul di otaknya selalu ia tanyakan dan mendapatkan jawabannya berdasar landasan Al Quran dan Hadis Rasulullah. Termasuk soal puasa Ramadan.
Baca juga: Bermain dalam Pesta Demokrasi
"Saya merasa takut, apakah saya benar-benar sudah siap menyambut Ramadan dan menaati semua aturan yang ada di dalamnya? Bagaimana jika di tengah puasa, saya tak sengaja makan?," ungkapnya.
Pertanyaan ini muncul dan selalu ada yang baru setiap harinya. Ketakutan, kegelisahan, ketidakyakinan, membuat dirinya sedikit tidak siap menyambut Ramadan. Tapi, itu semua berubah saat Ramadan benar-benar tiba. Seluruh pertanyaan yang ada di otaknya terpecahkan satu per satu.
Sulit memang bagi Jo Indra Yulianto untuk membiasakan diri berpuasa seharian. Namun, itu terasa ringan jika dilakukan dengan penuh keyakinan pada Allah SWT.
Momen terberat baginya ialah jam-jam menuju berbuka puasa. Ia merasa sangat lelah, karena di Kendari menurutnya sangat panas dan untung saja di bulan Ramadan kali ini di Kota Kendari sedang musim hujan.
Baca juga: Terlibat Politik Praktis, ASN Muna dan Mubar Terbukti Langgar Netralitas
Namun, perasaan itu berubah saat dirinya sadar bahwa Allah SWT begitu bermurah hati, karena telah memberikannya kesempatan untuk merasakan Ramadan.
Hari kedua ia menjalani puasa menjadi hari yang terasa berat. Hal ini dia ungkapkan karena tak terbiasa berpuasa dua hari berturut-turut. Namun, lagi dan lagi, ia bisa melewati puasa Ramadan hari kedua dengan lancar karena ia percaya Allah SWT di sampingnya.
"Hari berikutnya berjalan lebih baik bahkan saya merasa lebih kuat. Tubuh saya terbiasa berpuasa. Hal yang saya syukuri ialah saya merasa jauh lebih dekat dengan Allah SWT karena saya merasa Ramadan ini membersihkan jiwa saya," ungkap Jo Indra penuh haru.
Ia tak menampik, saat berpuasa, rasa lapar dan haus itu memang ada, tapi semuanya sirna setelah saya sadar kalau ini memang ujian dari Allah SWT dan ada makna besar di baliknya.
Baca juga: Pernyataan Gubernur Sultra Soal Rumput Bergoyang, Ini Respon Masyarakat
Lapar dan haus sangat manusiawi dirasakan ketika kita menjalani puasa. Namun, seperti yang dikatakan Jo Indra, itu semua pasti ada tujuannya. Allah SWT Maha Mengetahui dan jangan pernah meragukan kekuasaan-Nya.
Hal yang luar biasa dirasakan saat Ramadan adalah segala hal menjadi berkah. Sederhana, ketika waktu berbuka tiba, Anda akan sangat bersyukur kepada Allah SWT karena akhirnya bisa makan dan minum lagi. Betapa bahagia itu bisa dirasakan lewat hal yang sangat sederhana tapi jarang kita sadari.
"Momen berbuka adalah momen bersyukur. Ini juga yang menguatkan saya setiap harinya dan merindukan berpuasa esok harinya di bulan Ramadan ini," tambahnya.
Puasa Ramadan pun membuatnya merasa jauh lebih kuat dari sebelum-sebelumnya. Bukan hanya kuat raga, tapi juga jiwa. Anda akan merasa bahwa Allah SWT begitu dekat dan akan selalu membantu anda dalam segala kesusahan.
"Ramadan benar-benar menguatkan iman saya pada Allah SWT," pungkasnya.
Reporter: Dul
Editor: Rani