Jakarta Undercover: Potret Kehidupan Malam Bisnis Prostitusi di Jakarta, Panjat Tembok Dulu Sebelum Bercinta

Mustaqim, telisik indonesia
Jumat, 04 Agustus 2023
0 dilihat
Jakarta Undercover: Potret Kehidupan Malam Bisnis Prostitusi di Jakarta, Panjat Tembok Dulu Sebelum Bercinta
Para PSK sedang mangkal di luar Stasiun Jatinegara di Jalan Raya Bekasi Timur. Foto: Mustaqim/Telisik

" Ada aktivitas lain di sekitar Stasiun Jatinegara yang sangat menggoda kaum pria. Apalagi kalau bukan bisnis prostitusi yang dilakukan secara terbuka. Mulai dari wanita usia muda hingga tua, bahkan ada juga waria, menawarkan diri di tepi jalan "

JAKARTA, TELISIK.ID - Stasiun kereta Jatinegara di Jakarta Timur merupakan salah satu stasiun tua peninggalan kolonial Belanda. Stasiun ini mulai beroperasi pada tahun 1909 dan sejak dulu terkenal sebagai stasiun yang ramai. Ratusan kereta setiap harinya melintasi stasiun ini untuk jalur ke Bekasi, Bandung, dan kota maupun kabupaten lainnya di wilayah Jawa.  

Di balik keramaian itu, khususnya pada malam hari, tidak hanya terlihat aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang kereta. Ada aktivitas lain di sekitar Stasiun Jatinegara yang sangat menggoda kaum pria. Apalagi kalau bukan bisnis prostitusi yang dilakukan secara terbuka. Mulai dari wanita usia muda hingga tua, bahkan ada juga waria, mereka menawarkan diri di tepi jalan.

“Saya terpaksa kerja begini (sebagai pekerja seks komersial/PSK, red) untuk membayar kontrakan dan kebutuhan hidup lainnya,” kata Yanti (bukan nama sebenarnya) kepada Telisik.id pada Selasa (18/7/2023) malam.

Yanti yang berusia 42 tahun dengan satu anak, mengaku sebelumnya kerja di warung makan di daerah Cipinang Muara, Jakarta Timur. Dia memutuskan berhenti kerja di warung makan karena gaji yang diterima dianggapnya tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya.  

“Hidup di kota besar seperti Jakarta ini harus memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan minimal sebulan. Meski anak sudah nikah, tapi saya juga pengen membantu biaya keluarga di kampung,” tutur wanita asal Cirebon, Jawa Barat ini.    

Baca Juga: Kendari Undercover: Kujual Perawanku Demi Pertemanan

Sebelum melayani tamu yang menggunakan jasa mereka, para PSK itu menawarkan beberapa alternatif tempat bermadu kasih yang akan digunakan. Selain di penginapan, mereka juga menawarkan main di kosan atau bahkan di dalam tenda darurat yang berada di pinggir rel kereta. Untuk main di pinggir kereta, tarif yang dipatok antara Rp 85.000 hingga Rp 150.000, tergantung keahlian tawar-menawar.  

Tampak para PSK sedang mangkal di luar Stasiun Jatinegara di Jalan Raya Bekasi Timur, menanti pelanggan. Foto: Mustaqim/Telisik

 

“Kalau mau main di tenda nanti lewat situ (sambil menunjuk tembok di sisi Jalan Raya Bekasi Timur dekat jembatan penyeberangan orang/JPO, red), manjat tembok dan sudah ada tangga yang disiapkan oleh yang jaga,” kata Yanti.

Sebelumnya, tembok pembatas areal rel kereta di Stasiun Jatinegara banyak yang jebol dan dijadikan sebagai perlintasan liar, sehingga ramai orang melintas yang membahayakan keselamatan jiwa. Perlintasan liar ini kemudian ditutup pada Mei 2023 setelah tragedi tewasnya Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu akibat terlindas kereta Tegal Bahari jurusan Pasar Senen-Tegal pada 29 April 2023.    

Berbeda dengan Yanti, PSK lainnya di sekitar Stasiun Jatinegara yang lebih memilih mengajak tamunya bercinta sesaat di kos adalah Dewi (nama samaran). Dewi berkilah bahwa bermain di kos lebih aman dan tamu pun tidak perlu merasa was-was.

Aktivitas para PSK yang mangkal di luar Stasiun Jatinegara di Jalan Raya Bekasi Timur. Foto: Mustaqim/Telisik

 

“Saya lebih baik ngajak tamu ke kos karena tidak perlu lagi biaya sewa kamar dibanding sewa penginapan. Bayaran lebih bisa saya simpan untuk biaya kebutuhan anak-anak,” kata Dewi yang kos tidak jauh dari tempatnya mangkal.  

Dewi mengakui, terjun ke bisnis prostitusi bukan pilihan yang tepat. Wanita 31 tahun ini mengatakan, terpaksa “menjual diri” karena tuntutan untuk membiayai empat anaknya. “Jujur, saya belum resmi berpisah dengan suami. Tapi karena kebutuhan biaya yang besar untuk empat anak, sedangkan suami kerja tidak jelas,” katanya.  

Sementara itu, Maya (nama samaran), PSK lainnya yang mangkal di dekat Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, tak jauh dari Stasiun Jatinegara, juga mengaku harus membiayai sendiri empat orang anaknya sejak suaminya meninggal pada awal 2019.

Baca Juga: Kendari Undercover: Wanita Cantik dengan 4 Pelanggan Tetap, Semua Suami Orang

“Sejak suami meninggal serangan jantung sepulang dari bawa taksi, saya sempat putus asa karena tidak punya keterampilan untuk bekerja. Saat itu ekonomi sangat sulit sementara anak-anak butuh biaya dan mau tidak mau saya terpaksa kerja begini,” tutur wanita 38 tahun ini dan mengaku menjadi PSK sejak munculnya COVID-19 pada awal 2020.  

Maya menuturkan, setiap hari berangkat dari kontrakannya di daerah Cakung selepas Isya kemudian mangkal di dekat Lapas Cipinang. Dia baru pulang ketika subuh sekitar pukul 05:00 WIB. “Ya, pulangnya setiap hari sekitar jam segitu (pukul 05:00 WIB, red), gimana dapat duitnya aja,” katanya. Maya mengaku membawa tamu ke penginapan dibanding ke tenda dekat rel kereta atau kontrakan.                  

Belum ada catatan yang pasti tentang sejak kapan awal kemunculan bisnis prostitusi di kawasan Stasiun Jatinegara. Tak jauh dari Stasiun Jatinegara, sebelumnya ada juga tempat prostitusi yang dikenal sebagai Gunung Antang. Lokasi ini berada di kawasan perlintasan rel kereta yang menghubungkan antara Stasiun Manggarai dan Stasiun Jatinegara. Namun, lokasi ini sudah ditertibkan dan beberapa bangunan yang sering digunakan untuk prostitusi telah dibongkar. (A)

Penulis: Mustaqim

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga