Kenali Empat Modus Ini, Bisa Retas Akun Medsos
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 16 Juni 2024
0 dilihat
Kejahatan siber makin marak di era saat ini, situs pribadi dapat dibobol dengan mudah. Foto: Repro Istokckphoto
" Pembobolan akun media sosial oleh para penjahat siber semakin marak dengan berbagai modus yang semakin canggih "
KENDARI, TELISIK.ID - Pembobolan akun media sosial oleh para penjahat siber semakin marak dengan berbagai modus yang semakin canggih. Metode-metode seperti pengelabuan atau phishing sering digunakan untuk mengelabui pengguna agar informasi pribadi dapat diperoleh.
Lebih dari 4,80 miliar orang di seluruh dunia menggunakan media sosial per April 2023. Angka yang besar ini menjadi alasan utama mengapa media sosial menjadi target empuk bagi para penjahat dunia maya, dikutip dari kepios.
Sementara itu, Laporan Digital 2023 dari We Are Social menunjukkan adanya peningkatan signifikan jumlah pengguna internet global, dari 4,95 miliar pada tahun 2022 menjadi 5,16 miliar pada tahun 2023. Hal ini mengindikasikan bahwa 64,4 persen dari populasi dunia menggunakan internet.
Mayoritas pengguna media sosial, yakni sekitar 99,9 persen atau 4,7 miliar orang, mengakses platform tersebut melalui perangkat seluler.
Ini menunjukkan bahwa perangkat seluler merupakan alat yang paling banyak digunakan untuk berinteraksi di dunia maya, sehingga menjadi sasaran utama para penjahat siber. Berikut adalah empat modus yang perlu diwaspadai, dilansir dari cnnindonesia.
1. Phishing
Phishing adalah teknik di mana penjahat siber menyamar sebagai bisnis atau individu yang terpercaya untuk mengelabui korban agar memberikan informasi pribadi seperti nomor rekening, kata sandi, dan rincian kartu kredit.
Baca Juga: Cara Praktis Kirim Video dan Foto WhatsApp Dalam Jumlah Banyak untuk Pengguna Android hingga iPhone
Pesan phishing sering kali tampak sah dan mendesak, seperti "Selamat! Anda telah memenangkan hadiah $1000, klik di sini untuk mengklaim hadiah Anda," atau "Kami mendeteksi aktivitas mencurigakan di akun Anda, klik tautan berikut untuk mengonfirmasi identitas Anda." Teknik ini memanfaatkan kepercayaan dan urgensi untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk meretas akun atau mencuri identitas korban.
2. Clickjacking
Clickjacking, atau serangan penggantian antarmuka pengguna, penyerang yang menyembunyikan tombol atau tautan berbahaya di balik elemen yang tampak tidak berbahaya di halaman web.
Pengguna tanpa sadar mengklik elemen tersebut dan diarahkan ke halaman yang dimiliki oleh penyerang. Dengan menggunakan kombinasi stylesheet, iframe, dan kotak teks yang dirancang dengan cermat.
Penyerang dapat mengelabui pengguna untuk mengetikkan kata sandi atau informasi pribadi lainnya ke dalam bingkai yang mereka kendalikan. Teknik ini sangat berbahaya karena dapat mengarahkan pengguna ke situs web berbahaya tanpa disadari.
3. Link-Jacking
Modus ini mirip dengan clickjacking, di mana penyerang menggunakan tautan untuk mengarahkan pengguna dari situs web tepercaya ke situs web yang telah diinfeksi malware. Tujuan utama dari link-jacking adalah untuk menipu pengguna agar mengunjungi situs yang dikendalikan oleh penyerang, yang kemudian dapat digunakan untuk mencuri informasi pribadi atau menginfeksi perangkat pengguna dengan malware.
Baca Juga: Cara Mudah Kosongkan dan Hapus Data iPhone Sebelum Dijual
Modus ini sering kali dilakukan dengan menyamarkan tautan berbahaya dalam email atau pesan di media sosial yang tampak sah.
4. Like-Jacking
Modus ini paling sering terjadi di media sosial seperti Facebook. Penyerang memposting tombol "suka" palsu pada halaman Facebook atau situs web lain.
Ketika pengguna mengklik tombol tersebut, mereka tanpa disadari mengunduh malware atau dialihkan ke situs web berbahaya. Like-jacking memanfaatkan popularitas fitur "suka" di media sosial untuk menyebarkan malware secara luas.
Pengguna sering kali tidak menyadari bahwa tindakan sederhana seperti mengklik tombol "suka" dapat membahayakan keamanan perangkat mereka.
Keempat modus ini menunjukkan betapa canggih dan kreatifnya para penjahat siber dalam menjalankan aksinya. Dengan semakin banyaknya pengguna media sosial dan perangkat seluler, risiko menjadi korban serangan siber pun semakin tinggi. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS