Kota Kendari Harus Bersiap Hadapi Kemacetan
Riksan Jaya, telisik indonesia
Selasa, 27 Februari 2024
0 dilihat
Sekjen Pengurus Pusat MTI, Haris Muhammadun (kiri) dan Prof. Adris A. Putra Ketua Umum MTI Sultra (kanan). Foto: Riksan Jaya/Telisik
" Kemacetan di Sultra ini akan terjadi jika tidak ada pembenahan, Itu dikarenakan tingkat pertumbuhan jalan kita tidak sebanding dengan tingkat pertumbuhan kendaraan "
KENDARI, TELISIK.ID - Pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Sulawesi Tenggara periode 2023-2026 dihadapkan pada segudang masalah transportasi di Sulawesi Tenggara.
Sekretaris Jendral (Sekjen) MTI, Haris Muhammadun mengatakan bahwa pengurus MTI Sulawesi Tenggara yang baru dilantik menghadapi tantangan untuk mencapai Indonesia Emas 2045, sebab pertumbuhan ekonomi hanya bisa dicapai apabila transportasinya maju, sehingga transportasi daerah jangan berantakan.
Haris menjelaskan bahwa banyak masalah yang harus dihadapi, tetapi yang terbesar adalah masalah Over Dimension dan Over Loading (ODOL) atau yang biasa disebut beban berlebih terhadap jalanan dan masalah kecelakaan lalu lintas (lantas).
“Misalnya ODOL itu kan selalu terjadi dimana-mana, di Sultra juga ada. Nah itu salah satu contoh yang bisa diberikan ide gagasan bagaimana rekomendasi MTI terhadap kebijakan itu," tuturnya, Senin (26/2/2024).
Yang kedua, kata dia, angka kecelakaan lalu lintas tinggi sekali bukan cuma di Sultra. Perlu ada edukasi karena 80 persen kecelakaan lalu lintas diakibatkan oleh human error, sehingga perlu satu pembelajaran bagi masyarakat, dan MTI harus punya solusi terhadap itu.
Baca Juga: Jalan Lingkar Jadi Titik Kemacetan Baru, 5 Tahun Mendatang Kota Kendari Butuh Flyover
Prof. Adris A. Putra, Ketua Umum MTI Sultra menjelaskan bahwa pihaknya selama ini telah melakukan sosialisasi keselamatan lalu lintas, terutama di usia dini pada tingkat SMA, begitupun juga dalam penegakan ODOL yang telah bekerja sama dengan beberapa pihak berwenang di Sulawesi Tenggara.
Prof. Adris menambahkan bahwa ODOL adalah salah satu masalah yang dapat memberikan kerugian ekonomi berdampak besar bagi daerah dan masyarakat.
“Karena kerusakan jalan kita sangat besar akibat ODOL, kerugiannya misalnya Rp 100 miliar umur rencana 10 tahun jalan, tetapi karena lebih tinggi tonase, maka jalan itu cepat rusak, hanya dua tahun digunakan, kerugian ekonomi juga disitu,” tambahnya.
Di samping masalah ODOL, Sultra terkhusus Kota Kendari dihadapkan pada persoalan kemacetan, sehingga pemerintah harus bersiap dan berbenah diri untuk mencegah ledakan populasi kendaraan.
“Kemacetan di Sultra ini akan terjadi jika tidak ada pembenahan, Itu dikarenakan tingkat pertumbuhan jalan kita tidak sebanding dengan tingkat pertumbuhan kendaraan," jelasnya.
Akibatnya, kata dia, volume lalu lintas tinggi, sehingga di pagi dan sore hari sangat macet.
"Menurut hemat saya lebih baik kita mencegah dari sekarang,” timpalnya.
Baca Juga: Pemprov Sulawesi Tenggara Beberkan Alokasi Anggaran untuk Pemeliharaan Jalan Tahun 2024
Sebelum menutup sesi wawancara, Prof. Adris menegaskan bahwa yang terberat dari semua persoalan yang dihadapi saat ini adalah upaya transisi budaya menggunakan kendaraan pribadi lalu beralih ke angkutan umum massal, sebab memerlukan usaha sosialisasi maksimal dan ketersediaan kendaraan angkutan umum massal yang memadai.
Yang utama adalah masyarakat diimbau menggunakan angkutan umum massal. Tapi pemerintah harus menyediakan angkutan umum yang memadai. Tidak mungkin beralih kalau angkutan umum tidak nyaman, tidak aman, tidak tepat waktu, tidak ada rute.
"Coba kalau pemerintah siapkan BRT (Bus Rapid Transit), pasti orang mau beralih, saya pun juga akan beralih kalau disiapkan begitu,” tutupnya. (B)
Penulis: Riksan Jaya
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS