Minim Fasilitas, Siswa SD-SMP Negeri Seatap 13 Konawe Selatan Rebutan Kursi
Evy Septiana Warsito, telisik indonesia
Sabtu, 02 Desember 2023
0 dilihat
Gedung SD-SMP Negeri Satu Atap 13 Konawe Selatan yang minim fasilitas. Foto: Evy Septiana Warsito/Telisik
" Kondisi fisik bangunan SD SMP Negeri Satu Atap 13 Konawe Selatan masih sangat minim, tersebut terlihat dari kantin sekolah yang hanya menggunakan bangunan seadanya dengan tiang kayu dan penutup terpal "
KONAWE SELATAN, TELISIK.ID - SD SMP Negeri Satu Atap 13 Konawe Selatan, diketahui merupakan salah satu sekolah negeri, yang sampai saat ini fasilitasnya masih sangat minim. Terletak di Desa Lambuea, Kecamatan Konda, SD Negeri Seatap 13 Konawe Selatan dibangun sejak tahun 1978, satu areal dengan SMP yang dibangun tahun 2008 silam. Sekolah ini memiliki 113 orang siswa SD dan 44 siswa SMP.
"Memang lumayan banyak siswa SD-nya, tapi kalau kapasitas per kelasnya menurut saya masih sangat kurang, dimana jumlah siswa per kelas seharusnya maksimal 23 normalnya," ujar Asrin, Kepala Sekolah.
Pantauan Telisik.id, kondisi fisik bangunan yang bercat kuning tersebut memiliki sarana dan prasarana yang masih sangat minim. Hal tersebut terlihat dari kantin sekolah yang hanya menggunakan bangunan seadanya dengan tiang kayu dan penutup terpal.
Tidak hanya itu, bangunan ruang guru juga masih memanfaatkan bangunan milik SMP, UKS SD maupun SMP yang tidak tersedia, serta tidak ada ruang sanggar untuk menampung bakat minat siswa.
Menurut Asrin, banyak sekali sarana dan prasarana yang kurang memadai disini, di antaranya minimnya laboratorium sekolah, fasilitas kebersihan yang kurang memadai, pagar sekolah yang belum direnovasi, UKS yang minim, masalah air bersih karena masih proses pendalaman sumur, kondisi salah satu gedung SD yang rusak berat dan plafon yang juga rusak.
Baca Juga: Minim Fasilitas, Sekolah Ini Tak Miliki Kantin dan Pagar
Seorang masyarakat sekaligus penjaga kantin, Epik menambahkan, kursi belajar siswa juga masih kurang, sehingga terkadang siswa harus berebut kursi, juga bangunan kelas 5 dan 6 SD yang plafonnya hancur, kaca gedung sekolah banyak yang rusak dan terpaksa dipalang menggunakan papan.
Selain itu, toilet sekolah tidak berfungsi dengan baik karena tempat penampungan air bocor, juga minimnya alat-alat kebersihan seperti tempat sampah yang hanya tersedia satu unit di depan kantor.
Epik juga menambahkan, untuk bantuan dana pendidikan biasanya siswa ada yang memperoleh bantuan sosial PKH (Program Keluarga Harapan), maupun bantuan pendidikan dari dana desa setempat.
Dalam pembangunan sekolah yang belum sepenuhnya terealisasi, pihak sekolah selama ini mengaku hanya mengandalkan verifikasi dari pusat. Adapun mekanismenya berupa penginputan dari Dapodik, apakah nantinya sekolah dikategorikan termasuk rusak ringan atau parah, yang kemudian diverifikasi oleh Kemendikbud dan turun ke Dinas Pendidikan.
Baca Juga: Dikbud Kota Kendari Buka Suara Terkait Sekolah Kurang Fasilitas
Setelah verifikasi nantinya akan dilakukan pengecekan kembali terkait benar atau tidaknya penginputan Dapodik, dimana SMP seharusnya dari tahun 2008 sudah terehab, akan tetapi dalam kurun waktu sampai 10 tahun, belum terealisasi pembangunan yang diinginkan.
Adapun jika ditinjau dari tenaga pendidik guru, sekolah tersebut masih perlu peningkatan kompetensi khususnya guru SD, dimana pihak sekolah masih memerlukan 2 guru kelas lagi, dikarenakan untuk guru SD yang tersedia hanya 4 guru kelas.
Ke depannya pihak sekolah berharap kebutuhan tenaga pendidik maupun kependidikan bisa terpenuhi. Namun melihat sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai, meskipun tenaga SDM guru menunjang, proses pembelajaran tidak akan berjalan efektif bila fasilitas masih minim. (B)
Penulis: Evy Septiana Warsito
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS