Panas dan Hujan jadi Teman Setia Ibu Pemulung di Kendari dalam Mengais Rejeki
Gede Suyana Sriski, telisik indonesia
Kamis, 11 September 2025
0 dilihat
Lisna, seorang ibu dengan anaknya nampak mendorong gerobak tua untuk mencari barang bekas. Foto: Gede Suyana Sriski/telisik
" Di sudut-sudut Kota Kendari, seorang ibu bersama gerobak tuanya tetap melangkah meski panas matahari menyengat atau hujan deras mengguyur "

KENDARI, TELISIK.ID - Di sudut-sudut Kota Kendari, seorang ibu bersama gerobak tuanya tetap melangkah meski panas matahari menyengat atau hujan deras mengguyur.
Dengan ditemani anaknya, ia menyusuri pasar, gang kecil, dan jalanan kota demi mencari barang bekas yang bisa ditimbang untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Panas dan hujan hanya menjadi bagian dari perjuangan panjangnya.
Setiap pagi sekitar pukul 07.00, ia sudah bersiap untuk mengawali hari. Gerobak yang penuh karat itu didorong perlahan menyusuri berbagai tempat yang sering luput dari perhatian banyak orang.
Baca Juga: Pria Jauh dari Tanah Jawa, Coba Peruntungan di Kendari Jual Bakpao
Plastik, kardus, dan barang bekas lain dikumpulkan dengan sabar. Hasilnya tak menentu, kadang cukup menggembirakan, kadang juga nihil.
Perempuan itu bernama Lisna (40), seorang pemulung yang tinggal di Kelurahan Rahandouna, Kendari. Ia hanya tinggal bersama anak laki-lakinya di sebuah rumah sederhanaJauh dari keluarga besar, kehidupannya bergantung sepenuhnya pada hasil memulung.
“Satu hari kadang saya bisa kumpulkan satu sampai dua kilogram sampah plastik sama kardus. Tapi pernah juga saya pulang tanpa dapat apa-apa,” ujar Lisna kepada telisik.id, Rabu (11/9/2025).
Setiap dua minggu sekali, ia menimbang hasil memulungnya di pengepul. Dari situ, Lisna bisa memperoleh sekitar Rp 500 ribu, jumlah yang dipakai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meski penghasilan itu tidak selalu stabil, ia tetap berusaha mencukupkan sebisanya.
Rutinitasnya berjalan sama hampir setiap hari. Pagi hingga siang ia berkeliling kota, kemudian beristirahat sebentar di rumah. Menjelang sore, kembali ia turun ke jalan hingga matahari terbenam.
“Saya nggak punya pilihan lain. Saya sudah tua, nggak ada lagi pekerjaan lain yang bisa saya lakukan,” ungkapnya.
Baca Juga: Cerita Tukang Sol Sepatu di Kendari Sekolahkan Anak hingga Kuliah dari Profesi Sederhana
Hasil yang didapat kadang banyak, namun sering juga sedikit. Meski demikian, ia tidak pernah kehilangan rasa syukur.
“Kita jalani saja. Penghasilan kita cukup-cukupkan, yang penting tetap bersyukur,” tambah Lisna.
Di tengah hiruk pikuk kota, kisah perjuangan Lisna menjadi cermin tentang keteguhan hati. Panas dan hujan tak pernah memadamkan semangatnya untuk tetap bertahan demi hidup yang sederhana bersama anaknya. (C)
Penulis: Gede Suyana Sriski
Editor: Ahmad Jaelani
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS