Pemkot Baubau Gelar Ritual Gorana Oputa Peringati Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Iradat Kurniawan, telisik indonesia
Minggu, 25 Oktober 2020
0 dilihat
Wakil Wali Kota Baubau menerima Sara Kidina (perangkat Masjid Keraton) di Rujab wali kota. Foto: Ist.
" Kita berharap tradisi tersebut akan terus dijaga dan dipelihara oleh generasi penerus kita di masa yang akan datang. Karena tradisi ini mengajarkan kita banyak hal dalam sendi-sendi kehidupan. "
BAUBAU, TELISIK.ID - Tradisi memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW di Buton, sudah dilaksanakan secara sederhana sejak tahun 1538 pada masa pemerintahan Sultan Murhum.
Pertama kali ditetapkan sebagai peringatan awal Maulid (Maludu) pada tahun 1629, di masa Sultan Dayanu Ikhsanuddin dengan menggelar ritual Gorana Oputa.
Gorana Oputa ini bermakna sebagai Munajat Sultan, dimana Sultan memohon kepada Allah SWT agar rakyatnya selalu terhindar dari segala musibah dan bencana. Ritual ini dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal oleh Sultan bersama perangkat Masjid Agung Keraton (Sara Kidina).
Untuk tahun ini, dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau akan menggelar malam Gorana Oputa pada Rabu malam (28/10/2020).
Wakil Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse menjelaskan, penetapan malam Gorana Oputa, berdasarkan hasil keputusan musyawarah Perangkat Masjid Agung Keraton (Sara Kidina), yang disampaikan oleh seorang perwakilan didampingi oleh Kepala Bagian Protokoler Sekretariat Daerah Kota Baubau.
Baca juga: Kunjungi Keraton Liya, Ketua Bawaslu RI Diberi Penghargaan Oleh Meantu'u Liya
"Sebagaimana biasanya tiap tahun, dalam memasuki bulan Maulid kita selalu menyelenggarakan ritual Gorana Opera. Sebelum penyelenggaraan, dari Sara Kidina selalu menyampaikannya langsung pada bapak Wali Kota. Tapi karena Pak Wali masih berangkat, jadi mereka menemui saya untuk menyampaikan hal itu. Nanti Pak Wali tiba di Baubau baru saya laporkan pada beliau," jelas La Ode Ahmad Monianse, Minggu (25/10/2020).
Wawali kemudian memaparkan malam Gorana Oputa merupakan warisan budaya leluhur yang harus dipelihara dan dijaga. Karena selain memiliki nilai budaya, tradisi Gorana Oputa juga sarat dengan nilai-nilai religius serta berharap agar tradisi Gorana Oputa tidak tenggelam seiring dengan perkembangan zaman.
“Kita berharap tradisi tersebut akan terus dijaga dan dipelihara oleh generasi penerus kita di masa yang akan datang. Karena tradisi ini mengajarkan kita banyak hal dalam sendi-sendi kehidupan," jelasnya.
Dia menambahkan, tradisi ini berkaitan dengan hari kelahiran Nabi Besar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, dimana pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik dan wajib diikuti.
La Ode Ahmad Monianse menjelaskan, pelaksanaan Gorana Oputa tahun ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena masih dalam pandemi COVID-19.
Baca juga: Gubernur Jatim Ingatkan Warga Bahaya Klaster Baru di Libur Panjang
"Protokol kesehatan insyaallah tidak akan mengurangi nilai kesakralan ritual Gorana Oputa ini," harapnya.
Sebagaimana biasa, tradisi Gorana Oputa setiap tahun diselenggarakan di rumah jabatan Wali Kota Baubau sebagai pertanda dimulainya haroa Maludu.
Karena begitu penting dan sakralnya ritual ini, sehingga setiap Sultan selalu melaksanakan tradisi ini, yang kemudian diikuti oleh masyarakat dengan mengadakan haroa Maludu di rumah masing-masing.
"Walaupun Kesultanan Buton sudah tidak ada, namun tradisi ini terus dilaksanakan. Wali Kota Baubau sebagai manifestasi dari kesultanan terus melakukan tradisi ini setiap tahunnya," tutupnya. (B)
Reporter: Iradat Kurniawan
Editor: Haerani Hambali