Perjuangan Cinta Beda Agama Putri Rasulullah

Putri Wulandari, telisik indonesia
Selasa, 25 Mei 2021
0 dilihat
Perjuangan Cinta Beda Agama Putri Rasulullah
Putri Rasulullah ternyata juga pernah mengalami pernikahan beda agama. Foto: Google islami.co

" Wahai kaum Muslimin, jika kalian dapat melepaskan tawanan bernama Abu al As bin Rabi' serta mengembalikan tebusannya kepada Zainab, maka silakan kalian melakukannya. "

KENDARI, TELISIK.ID - Ternyata cinta beda iman sudah ada sejak awal Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai Rasul dan memeluk agama Islam.

Putri dari Nabi Muhammad SAW yakni Zainab binti Muhammad bin Abdillah, ternyata pernah dinikahi oleh pria yang berbeda keyakinan dengannya.

Pria yang menikahi Zainab bernama Abu al As bin Rabi' yang merupakan anak dari bibi ibundanya bernama Halah binti Khuwailid. Dari pernikahan tersebut, Zainab dikaruniai dua anak bernama Ali dan Umamah. 

Pernikahan Zainab ini terjadi sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul. Ketika Rasulullah menerima wahyu Islam, Zainab termasuk orang yang pertama kali mengimaninya.

Sayangnya, berbeda dengan sang suami Abu al As yang tetap sulit meninggalkan agama nenek moyangnya. Hal ini membuat pernikahan mereka sulit dipertahankan.

Sang suami kemudian bergabung dalam tentara kaum quraisy yang memerangi Rasulullah SAW, mertuanya sendiri.

Hingga suatu ketika, tibalah masa perang Badar, Abu al As tertangkap dan menjadi tawanan umat Islam. 

Suasana menjadi tegang karena sesungguhnya Abu al As adalah menantu Rasulullah SAW yang menjadi tawanan perang. Dalam suasana tegang seperti itu, kaum kafir quraisy mengirimkan utusan untuk menukar Abu al As dengan tawanan yang lain.

Dengan kesetiaannya, Zainab mengirimkan tebusan berupa kalung hadiah pernikahan dari ibundanya. Zainab rela kehilangan kalung pemberian ibundanya demi menebus sang suami tercinta Abu al As.

Baca juga: Ini Sifat Buruk Bani Israel-Yahudi yang Diabadikan Al-Quran

Ketika Rasulullah melihat kalung Zainab yang merupakan hadiah dari ibundanya Khadijah, hatinya pun merasa iba atas pengorbanan putrinya itu.

"Wahai kaum Muslimin, jika kalian dapat melepaskan tawanan bernama Abu al As bin Rabi' serta mengembalikan tebusannya kepada Zainab, maka silakan kalian melakukannya," demikian Rasulullah bersabda, dikutip dari chanel tinta mahabba.

Mendengar sabda Rasulullah, umat Islam yang terlibat perang kemudian mau melepaskan tawanannya yang tak lain adalah Abu al As. Suami Zainab pun dilepaskan dan tebusan dikembalikan. Saat dilepaskan, Rasulullah memberi syarat pada Abu al Ash.

Syaratnya, jika dilepaskan, Abu al As mau meninggalkan Zainab. Akan tetapi, ia boleh bersama Zainab apabila ia mau memeluk Islam, tanpa suatu paksaan.

Sayangnya, Abu al As tetap memegang teguh agama nenek moyangnya.

Setelah dilepas, Abu al As kembali ke Makkah, ia merelakan Zainab untuk dikembalikan kepada ayahnya, Rasulullah, di Madinah. Ia diantar Kinanah bin Rabi' yang merupakan saudara kandung Abu al As.

Dengan berat hati Zainab mengikuti kehendak ayahnya dan memilih cinta dan rida illahi. Zainab adalah sosok wanita yang setia dan teguh pendiriannya terhadap Islam, meski ia harus kehilangan cintanya yakni sang suami Abu al As.

Pada saat Zainab hendak kembali pada Rasulullah, di saat itu ia sedang mengandung anak dari Abu al As. Perjalanannya menuju Madinah tak berjalan lancar, kuda yang ditumpanginya dibunuh oleh tentara quraisy hingga Zainab terpental jauh.

Baca juga: Ini 6 Keutamaan Bulan Syawal

Zainab mengalami keguguran, rupanya selain meninggalkan sang suami di Makkah, Zainab juga harus kehilangan sang buah hati tanda cintanya dengan Abu al As.

Dengan susah payah Zainab akhirnya sampai ke Madinah bertemu sang ayah Rasulullah. Ia menjadi sangat murung karena harus merelakan suami tercinta, terlebih ia harus kehilangan bukti cintanya bersama Abu al As.

Hingga tiba suatu hari Abu al As melakukan perjalanan untuk berdagang, tak disangka Abu al As dirampok kaum muslim. Harta yang dibawa semua dirampas bahkan harta yang merupakan titipan orang lain juga habis diambil.

Abu al As melarikan diri dan teringat Zainab, wanita mulia yang pernah menjadi istrinya itu, wanita yang dengan setia dan tulus mencintainya. Ia pun menemui Zainab dan minta perlindungan padanya, serta meminta bantuan Zainab agar harta yang dicuri dapat dikembalikan dan Zainab menyanggupinya.

Rasulullah mengatakan "Wahai putriku, muliakanlah tempatnya,  jangan biarkan dia menyentuhmu, karena dia tidak halal bagimu selama ia masih musryik" seperti dilansir dari video kisah cinta beda agama putri Rasulullah, Siti Zainab.

Kaum Muslim yang mendengar kabar tentang Abu al As pun berbondong-bondong mendatangi Zainab dan meminta menyerahkan Abu al As.

Dengan teguh Zainab mengatakan bahwa Abu al As telah minta perlindungan padanya maka ia akan melindunginya.

Beberapa kaum Muslim pun mecoba bernegosiasi, Abu al As akan mendapatkan hartanya asal memeluk Islam.

Baca juga: Ini Sejarah Halal Bihalal dan Makna Ucapan Minal Aidin Wal Faizin

Mendengar hal itu sontak membuat Abu al As menjawab "Sungguh buruk awal Islamku, jika aku mengkhianati amanah harta yang di percayakan padaku".

Kaum Muslim pun tetap mengembalikan harta Abu al As demi kemuliaan Rasulullah SAW dan sebagai penghormatan pada Zainab.

Setelah mendapatkan hartanya dan harta orang banyak yang dititipkan, Abu al As pun kembali ke Makkah dan mengembalikan harta yang merupakan titipan.

Dan bertanya "Wahai kaum quraisy, masih adakah harta di antara kalian padaku?"

Namun semuanya menjawab  "Tidak, semoga Tuhan membalas dengan kebaikan. Kami telah mendapatimu kamu seorang yang jujur dan mulia."

Abu al As kemudian mengucap dua kalimat syahadat dengan haru "Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Tiada yang menghalangi aku masuk Islam di hadapan Muhammad SAW."

Abu al As mantap memeluk Islam dan kembali bersatu dengan wanita yang sangat ia cintai.

Sempat terpisah 6 tahun lamanya, akhirnya ujian cinta dan keyakinan Zainab kini terbayar. Rasa hormat dan cinta mereka tak pernah pudar. Zainab kemudian kembali dikaruniai anak. (B)

Reporter: Putri Wulandari

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Baca Juga