Pijak Puncak Tertinggi Bumi Anoa, Gunung Mekongga Kolaka Utara
Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Sabtu, 24 Juni 2023
0 dilihat
Gunung Mekongga merupakan gunung tertinggi di Sulawesi Tenggara, letaknya ada di Desa Tinukari, Kabupaten Kolaka Utara. Foto: Facebook Muh Rorin Puluase
" Meski Sulawesi Tenggara dikenal dengan daerah kaya keindahan bahari, namun wisata gunung juga bisa jadi pilihan alternatif Anda jika bosan pergi ke pantai "
KOLAKA UTARA, TELISIK.ID - Meski Sulawesi Tenggara dikenal dengan daerah kaya keindahan bahari, namun wisata gunung juga bisa jadi pilihan alternatif Anda jika bosan pergi ke pantai.
Gunung Mekongga tentu tak asing bagi pecinta alam dan olahraga hiking di Sulawesi Tenggara, gunung yang terletak di Desa Wisata Tinukari itu merupakan gunung tertinggi yang ada di bumi anoa.
Dilansir dari Kolutkab.go.id, secara geografis gunung Mekongga terbentuk dari tumpuan atol yang kemudian terangkat sejak ratusan tahun lalu. Akibat peristiwa ini banyak berbagai jenis flora dan fauna yang hidup dan berkembang di daerah hutan gunung Mekongga.
Jalur pendakian pertama kali dirintis oleh Mahasiswa Pencinta Alam (Mahacala) Universitas Halu Oleo Kendari (UHO) pertamakali dirintis pada tahun 1995 dan sampe sekarang masih digunakan.
Dalam perjalanan pendakian anda akan melewati 5 pos. Star pendakian berada di desa Tinukari Kecamatan Rante Angin , Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Anda akan menemukan berbagai area camp saat mendaki gunung Mekongga, adapun beberapa camp tersebut adalah sebagai berikut:
Camp 1 berada di ketinggian 480 mdpl, kawasan camp tergolong masih asri sebab hutan tersebut menjadi hutan yang dilindungi pemerintah.
Camp 2 berada di ketinggian 1.380 mdpl. Trek pendakian menuju camp 2 ini anda akan melalui jalan menanjak sebab banyak bekas longsoran tanah. Sehingga apabila musim hujan sangat berbahaya karena tanahnya yang rawan longsor.
Namun perjalanan tersebut akan terbayarkan dengan pemandangan di sepanjang jalan yang banyak ditemukan air terjun kecil. Vegetasi yang dominan adalah tumbuhan berkayu bekas yang ditumbuhi lumut. Hal itu terjadi karena daerah ini sangat lembap. Kantong Semar dan aneka jenis anggrek bisa ditemukan dengan mudah.
Camp 3 terletak setelah anda melewati Musero-Sero. Ada mitos, area ini dipercaya merupakan tempat para jin halus serta makhluk astral lainnya. Pepohonan di sekitaran area ini diselimuti oleh lumut-lumut hijau.
Dari sini bisa langsung menuju puncak Mekongga yang berbentuk kubah luas. Di sini terdapat gua-gua dengan stalagmit dan stalagtit yang indah
Nama Mekongga diambil dari nama suku tertua di Sulawesi Tenggara, yakni suku Mekongga yang merupakan penghuni pertama wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Pegunungan Mekongga menjadi hulu dari ribuan mata air sungai yang mengaliri beberapa kabupaten dan kecamatan. Sumber air itulah yang menjadi tumpuan bagi sektor-sektor pertanian di wilayah daratan Sulawesi Tenggara.
Sejak awal 1994, jalur ke puncak Mekongga mulai dirintis oleh beberapa penggiat alam terbuka. Perintisan jalur memanfaatkan jalan perusahaan PT Hasil Bumi Indonesia (HBI) yang sebelumnya sudah beroperasi di wilayah pegunungan Mekongga. Jalan yang telah dibentuk perusahaan tersebut membentang luas meliputi 40 % wilayah pegunungan Mekongga sampai ketinggian ± 2000 mdpl.
Seiring berjalannya waktu, sebagian besar pendaki gunung lebih memilih jalur pendakian melewati Desa Tinukari, Kecamatan Wawo. Meskipun ada beberapa alternatif jalur seperti melewati Wawo dan Walasiho. Pendakian melewati jalur Desa Tinukari menjadi pilihan utama bagi seluruh penggiat alam tebuka yang akan menuju puncak gunung Mekongga.
Menurut salah seorang yang pernah mendaki gunung Mekkongga, Ari mengatakan, kaki gunung tersebut bisa ditempuh selama 5-6 jam menggunakan sepeda motor dari Kota Kendari.
Lanjut Ari, medan gunung Mekongga menurutnya landai dari kaki gunung menuju camp 3 yang menjadi area camp terakhir, sebab setelah camp 3 jalur pendakian akan semakin ekstrem dan terjal. Jalanan akan terus menanjak tanpa adanya bonus jalan yang mendatar.
Para pendaki normalnya membutuhkan waktu seminggu untuk naik turun gunung, empat hari untuk naik ke puncak, dan tiga hari untuk turun. (B)