Tahan Ejakulasi Bisa Bikin Testis Sakit dan Membiru, Berikut Penjelasan Medisnya
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Jumat, 10 Oktober 2025
0 dilihat
Menahan ejakulasi tampak sepele, tapi bisa memicu tekanan darah tinggi di organ vital pria. Foto: Repro iStockphoto
" Menunda ejakulasi sering dianggap sebagai cara untuk memperpanjang waktu bercinta. Namun di balik manfaat sementara itu, tubuh sebenarnya menanggung tekanan biologis yang tidak ringan "

KENDARI, TELISIK.ID - Menunda ejakulasi sering dianggap sebagai cara untuk memperpanjang waktu bercinta. Namun di balik manfaat sementara itu, tubuh sebenarnya menanggung tekanan biologis yang tidak ringan.
Saat pria menahan ejakulasi, ada reaksi berantai yang terjadi pada sistem reproduksi dan peredaran darah yang bisa memicu rasa nyeri hingga gangguan aliran darah di area genital.
Ketika ejakulasi terjadi secara normal, tubuh melepaskan ketegangan dengan mengalirkan darah dari penis dan skrotum kembali ke jantung.
Namun saat ejakulasi ditahan, aliran darah itu terhambat, menyebabkan tekanan meningkat di area sekitar testis. Kondisi inilah yang disebut sebagai hipertensi epididimis, atau dikenal juga dengan istilah “blue balls”, karena testis bisa tampak kebiruan akibat aliran darah yang tertahan terlalu lama.
Secara fisiologis, ejakulasi terjadi ketika otak mengirim sinyal ke sistem saraf untuk merangsang kontraksi saluran sperma atau vas deferens.
Baca Juga: Intensitas Hubungan Ranjang Pasutri Tiap Tahun Berkurang, Begini Penjelasanya
Melansir Halosehat, Jumat (10/10/2025), sperma yang sudah matang bergerak menuju pangkal penis dan bercampur dengan cairan mani di kelenjar vesikula seminalis.
Pada kondisi normal, campuran ini kemudian dikeluarkan melalui uretra. Namun saat pria sengaja menahan ejakulasi, cairan mani tetap tertahan di dalam tubuh, membuat penis terus menegang lebih lama dari biasanya.
Kondisi ini memang tidak menyebabkan penumpukan sperma secara permanen, karena tubuh memiliki mekanisme alami untuk menyerap kembali cairan yang tidak dikeluarkan.
Meski begitu, menahan ejakulasi terlalu lama bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dan tekanan fisik yang signifikan pada organ intim pria.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Translational Andrology and Urology menjelaskan bahwa menahan ejakulasi dapat memicu peningkatan tekanan darah di sekitar organ reproduksi.
Tekanan ini kemudian menimbulkan rasa nyeri dan berat di bagian skrotum. Dalam beberapa kasus, bisa terjadi perubahan warna pada kulit sekitar testis karena pembuluh darah mengalami pelebaran berlebih.
Telisikers, berikut beberapa efek yang bisa terjadi pada tubuh akibat terlalu sering menahan ejakulasi:
1. Nyeri di area skrotum — Akibat peningkatan tekanan darah lokal, testis bisa terasa nyut-nyutan dan berat.
2. Rasa tidak nyaman pada penis — Ereksi yang bertahan terlalu lama membuat jaringan di sekitar penis tegang dan terasa nyeri.
3. Skrotum tampak kebiruan — Kondisi ini muncul karena darah tidak segera kembali ke sirkulasi utama setelah ereksi.
4. Risiko hipertensi epididimis — Tekanan darah yang tinggi di area epididimis memicu pembengkakan dan nyeri mendalam.
5. Kemungkinan torsio testis — Jika testis sampai terpelintir akibat ketegangan otot yang ekstrem, aliran darah bisa terhenti total dan menimbulkan kondisi gawat darurat medis.
Baca Juga: Durasi Ideal Hubungan Ranjang Suami Istri, Begini Penjelasan Medisnya
Menahan ejakulasi tidak sama dengan ejakulasi tertunda. Pada ejakulasi tertunda, seseorang tidak mampu mencapai orgasme meskipun sudah mendapat stimulasi cukup lama.
Sementara menahan ejakulasi dilakukan secara sadar untuk memperpanjang hubungan seksual. Dua kondisi ini memiliki penyebab yang berbeda dan tidak bisa disamakan.
Teknik menunda ejakulasi sebenarnya dikenal juga dengan metode pause-squeeze, yaitu menghentikan stimulasi saat hampir orgasme dengan menekan ujung penis beberapa detik hingga dorongan ejakulasi berkurang.
Teknik ini bisa membantu pria yang mengalami ejakulasi dini agar mampu bertahan lebih lama.
Namun, terlalu sering melakukan teknik ini justru bisa membuat aliran darah di sekitar penis terhambat. Bila dilakukan berulang tanpa istirahat cukup, efeknya bisa berlanjut pada nyeri berkepanjangan dan penurunan kenyamanan saat berhubungan. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS