Ternyata Ini Perbedaan Video Porno dan Video Erotis Menurut Psikolog dan Seksolog
Nurdian Pratiwi, telisik indonesia
Jumat, 23 September 2022
0 dilihat
Video atau film yang mempertontonkan adegan seksual, seringkali diartikan sebagai video atau film porno yang berbahaya untuk penontonnya. Foto: Repro Orami.com
" Rupanya kedua video seksual ini sangat berbeda tergantung apa yang dipertontonkan dan apa tujuan pembuatannya "
KENDARI, TELISIK.ID - Kata pornografi dan erotis tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Kedua kata itu akan muncul saat ada hal-hal yang berhubungan dengan karya yang memancing nafsu seksual seperti video, foto ataupun sekedar tulisan.
Video atau film yang mempertontonkan adegan seksual, sering kali diartikan sebagai video atau film porno yang berbahaya untuk penontonnya.
Nah, seperti kita ketahui bersama bahwa video seksual itu sangat beragam jenisnya. Contohnya video erotis dan video porno.
Namun, rupanya kedua video seksual ini sangat berbeda tergantung apa yang dipertontonkan dan apa tujuan pembuatannya.
Mengutip dari Liputan6.com, erotika merupakan setiap karya seni yang secara substantif berhubungan dengan materi yang merangsang secara erotis atau membangkitkan gairah seksual.
Semua bentuk karya seni yang dapat menggambarkan konten erotis, termasuk lukisan, patung, fotografi, drama, film, musik, atau sastra. Erotisisme memiliki aspirasi seni yang tinggi, membedakannya dari pornografi komersial.
Di sisi lain, pornografi dapat digambarkan sebagai aktivitas kreatif seperti menulis, gambar atau foto, serta film, yang tidak memiliki nilai sastra atau seni selain untuk merangsang hasrat seksual.
Baca Juga: Catat, Ini 3 Tips Bijak Memilih Jurusan Kuliah
Satu-satunya tujuan pornografi adalah untuk menghidupkan penontonnya. Tujuan pornografi bukan untuk membantu penontonnya menghormati keintiman fisik dengan cara apa pun. Satu-satunya tujuan pornografi yakni gairah yang segera dan intens.
Sementara itu, pensiunan psikolog klinis Amerika Serikat, Leon F. Seltzer, dalam artikel pada 2011 mengatakan pandangannya tentang erotika yang membantu orang memahami dengan lebih baik tentang apa yang sebenarnya ingin dikatakan.
"Yang akhirnya menentukan karya itu erotisme adalah bagaimana artis atau, dalam hal ini, penulis atau komposer lebih dekat dengan subjek mereka," kata Seltzer.
Dikutip dari Suara.com, menurut Seksolog Zoya Amirin, video porno kerap kali membuat penontonnya mempertanyakan kebenaran aktivitas seksual seseorang atau aktivitas seksual bersama pasangan.
"Kayak misalnya kalau video itu bisa lama (melakukan aktivitas seks) kenapa suami sebentar? Di video itu bentuk kelamin seperti ini, warnanya seperti ini, kok punya saya berbeda," ungkap Zoya.
Itulah kenapa kerap kali video porno bisa menganggu hubungan seksual dengan pasangan, karena kerap membandingkan.
Padahal di balik video itu ada skenario, pengambilan gambar dan sebagainya yang diatur sedemikian rupa.
"Apalagi semua video porno itu lebih mengacu kepada bertujuan untuk merangsang individu yang nonton," jelas Zoya.
Baca Juga: 4 Manfaat Membaca Bagi Kesehatan Mental, Sayang Dilewatkan
Di sisi lain, karena dijadikan bahan pembanding video porno tidak sungkan memperlihatkan bentuk kelamin dengan jelas dan dieskplor lebih vulgar.
Namun sebaliknya, tidak dengan video atau film erotis yang tidak pernah memperlihatkan alat kelamin.
"Kalau video porno itu langsung memperlihatkan kelaminnya. Berbeda dengan video erotis, seperti film 365 Day itu adalah video erotis, bukan porno, karena dia tidak menzoom atau melebih-lebihkan bagian kelaminnya," ungkap Zoya.
"Itu (kelamin) nggak kelihatan, tapi ada hubungan seksualnya, itu bedanya video porno dan video erotis," pungkas Zoya. (C)
Penulis: Nurdian Pratiwi
Editor: Haerani Hambali