7 Sisi Kelam Kehidupan di Korea Selatan

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Kamis, 18 April 2024
0 dilihat
7 Sisi Kelam Kehidupan di Korea Selatan
Masyarakat Korea Selatan memiliki sisi kelam dalam kehidupannya. Foto: Repro AP PHOTO/AHN YOUNG JOON

" Meski menjadi salah satu negara yang indah, tetapi ada beberapa sisi kelam dari realita kehidupan di Korea Selatan "

SEOL, TELISIK.ID - Salah satu negara yang banyak digemari masyarakat dunia adalah Korea Selatan. Di tengah gemerlapnya negara tersebut, ternyata menyimpan sisi kelam yang patut diketahui.

Pada umumnya, dikutip dari idntimes.com, salah satu yang membuat Korea Selatan menjadi destinasi terpopuler di dunia adalah ketenaran drama Korea dan idol KPop yang meroket.

Selain liburan yang ada di negara tersebut, ternyata sebagian orang juga ingin sekolah di Korea Selatan. 

Hal tersebut membuat sebagian orang membayangkan nyamannya hidup di Korea Selatan. Bisa bertemu aktor dan aktris dengan penampilan menawan, hingga puas menikmati kuliner khas Korea Selatan yang nikmat. 

Padahal, hidup di Korea Selatan tidak seindah yang ada di drama Korea. Meski menjadi salah satu negara yang indah, tetapi ada beberapa sisi kelam dari realita kehidupan di Korea Selatan.

Lantas, apa saja sisi kelam yang terjadi di masyarakat Korea Selatan?

Dilansir cnbcindonesia.com dari berbagai sumber, berikut beberapa sisi kelam yang terjadi di Korea Selatan:

1. Angka bunuh diri yang tinggi

 

Salah satu sisi gelap yang ada di Korea Selatan adalah budaya kompetitif. Budaya ini menyebabkan mereka hidup dalam tekanan sosial yang tinggi. Orang yang tidak tahan dengan kehidupan seperti ini tentu saja akan depresi.

Di Korea, Anda akan sering mendengar berita siswa yang bunuh diri karena tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi. Korea Selatan memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara yang menjadi anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Dalam laporan yang disampaikan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan, angka kematian bunuh diri Korea, atau jumlah bunuh diri per 100.000 orang, adalah 24,7 pada 2018. Angka tersebut dua kali lipat lebih tinggi dibanding rata-rata tingkat bunuh diri negara OECD, yakni di level 11.

Baca Juga: Ini Senjata Maut Rusia yang Bikin Rontok Tank Abrams Amerika Seharga Ratusan Miliar

Para ahli mengatakan penyebab bunuh diri sangat kompleks, tidak hanya karena masalah kesehatan pribadi dan mental tetapi juga terkait dengan faktor ekonomi dan tekanan sosial.

Fakta angka ini salah satunya terlihat dari laporan tentang sejumlah artis dan selebriti Korea Selatan yang bunuh diri setiap waktunya.

2. Kasus bullying hingga pelecehan seksual

Sebenarnya ada sejumlah drama Korea Selatan yang menunjukkan sisi kelam kehidupan masyarakat di sana yang suka merendahkan dan melecehkan orang lain.

Bullying dan pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Parahnya, tindakan serupa juga terjadi di balik gemerlap industri hiburan di negara ini.

Seperti yang kerap diberitakan media, beberapa selebriti pun terjerat dalam kontroversi bullying. Bahkan, aksi bullying juga menimpa sejumlah staf yang bekerja di balik layar.

3. Budaya kompetitif dan tekanan sosial yang tinggi

Di Korea Selatan, sisi gelap selanjutnya adalah ada 'budaya' merasa bersalah jika beristirahat.

Budaya ini diungkapkan YouTuber Priscilla Lee, putri dari pasangan berdarah Korea yang kini tinggal di Indonesia, sebagai akibat dari budaya kompetitif dan tekanan sosial yang tinggi. Bahkan budaya ini berlanjut hingga ke universitas dan dunia professional.

"Saking kompetitifnya, istirahat pun kamu merasa bersalah. Aku selalu merasa begitu pas tinggal di Korea. Misal aku mau rebahan saja enggak enak sama diri sendiri, terbebani," ujarnya, lewat video yang diunggah di kanal YouTube Priscilla Lee.

"Kesannya nggak normal kalau kamu enggak capek," tambahnya.

4. Cancel culture yang berdampak pada reputasi selebriti

Selanjutnya, sisi gelap di Korea Selatan adalah artis selain menjadi sosok di industri hiburan harus menjadi figur contoh bagi publik. Mereka dituntut untuk bisa menjadi panutan dan melakukan hal baik.

Dengan adanya hal tersebut, jika mereka melakukan tindakan yang menurut publik tak sesuai seperti terlibat kontroversi, sikap yang tidak menunjukkan sopan santun, hingga skandal yang menimbulkan pro kontra, maka reputasi mereka bisa 'lenyap' dalam sekejap akibat adanya cancel culture.

5. Obsesi terhadap universitas bergengsi

Selain merasa terbebani dengan tekanan kompetitif yang tinggi, masyarakat Korea Selatan juga sangat terobsesi pada sekolah yang bagus dan bergengsi. Bahkan obsesi ini sudah dikenalkan kepada anak-anak mereka sejak sekolah dasar atau SD.

Hal yang lumrah jika ditemui anak-anak SD di sana mengikuti kursus tambahan setelah pulang sekolah hingga larut malam, bahkan sampai pukul 10 malam.

Saking terobsesinya, kritikus mengatakan bahwa beberapa dari mereka melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, seperti memalsukan karya ilmiah karena universitas ternama menuntut mereka memiliki prestasi akademik dan keterampilan yang sempurna.

6. Banyak orang nggak menikah dan punya anak

Korea Selatan mengalami krisis populasi akibat kebanyakan dari masyarakat memilih untuk tinggal sendiri dibandingkan berkeluarga. Hal ini terpaksa dipilih mereka akibat kesulitan ekonomi dan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak.

Baca Juga: Deretan Miliarder di Dunia, Bangun Benteng Hadapi Kiamat

Karena banyak yang memilih tidak mempunyai anak, angka kelahiran bayi terus anjlok dari tahun ke tahun. Pada Februari 2022, jumlah rata-rata anak yang dikandung seorang wanita Korea Selatan dalam hidupnya mencapai titik terendah sepanjang masa, yakni hanya sebesar 0,81 tahun lalu, turun dari 0,84 tahun lalu.

Hal ini menandai tahun keempat berturut-turut di mana tingkat kesuburan berada di bawah 1 persen.

7. Jam kerja yang berlebihan

Terakhir, sisi gelap di negeri ini adalah jam kerja yang berlebihan. Hal ini sering kali terjadi pada industri hiburan Korea Selatan.

Dilaporkan, baik para artis maupun orang di balik layar produksi drama di Korea seringkali lembur untuk mengejar target penyelesaian produksi drama.

Hal ini dikarenakan pihak produksi drama ingin menyelesaikan proses syuting secepat mungkin, terlebih karena tingginya biaya produksi. Bahkan, 4 episode awal sebuah drama biasanya melangsungkan proses syuting lebih dulu dalam satu waktu.

Tidak sedikit pula aktor dan aktris yang hanya bisa tidur 1 jam selama syuting berlangsung.

Melansir informasi dari Min News, seorang asisten sutradara sebuah drama pada tahun 2016 melakukan bunuh diri. Adik dari asisten sutradara tersebut mengungkap jika sang kakak mengalami tekanan yang tinggi saat bekerja, hingga jam kerja yang berlebihan.

Nah, itulah beberapa sisi gelap yang terjadi di negara Korea Selatan yang dapat diketahui. Semoga bermanfaat. (C)

Penulis: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga