Earth Hour 2025, Bumi Akan Gelap Gulita Sejam Tanpa Listrik
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 23 Maret 2025
0 dilihat
Bumi gelap gulita satu jam, dunia bersatu dalam aksi Earth Hour. Foto: Repro Tribunnews.
" Earth Hour 2025 akan berlangsung pada 28 Maret 2025, mulai pukul 20:30 hingga 21:30 waktu setempat "

JAKARTA, TELISIK.ID - Earth Hour 2025 akan berlangsung pada 28 Maret 2025, mulai pukul 20:30 hingga 21:30 waktu setempat. Pada acara ini, masyarakat di seluruh dunia diajak untuk mematikan lampu dan perangkat listrik lainnya selama satu jam.
Aksi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap perubahan iklim dan mendukung upaya pelestarian lingkungan secara global.
Sebagai bentuk partisipasi dalam gerakan ini, banyak individu, komunitas, dan perusahaan telah bersiap untuk turut serta. Mereka mematikan lampu di rumah, tempat kerja, serta mengajak orang lain untuk bergabung.
Inisiatif ini telah menjadi tradisi tahunan yang dilakukan di berbagai negara untuk menunjukkan kepedulian terhadap bumi.
Jakarta International Container Terminal (JICT) menjadi salah satu perusahaan yang berpartisipasi dalam Earth Hour 2025. Pada Sabtu (22/3/2025), JICT memadamkan sebagian besar lampu di terminal selama satu jam, dari pukul 20:30 hingga 21:30 WIB.
Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari komitmen perusahaan terhadap aksi global yang dilakukan secara serentak di seluruh dunia.
Baca Juga: Misi Ambisius: Ilmuan Rencana Ciptakan Gerhana Buatan, Habiskan Rp 3 Triliun
Pemadaman listrik di JICT dilakukan dengan tetap mempertahankan operasional utama agar tidak mengganggu layanan. Beberapa area terminal yang tidak bersinggungan langsung dengan aktivitas bongkar muat peti kemas ikut serta dalam pemadaman.
Dengan demikian, perusahaan dapat tetap memberikan pelayanan optimal kepada pengguna jasa pelabuhan.
Vice President Director JICT, Budi Cahyono, menegaskan bahwa partisipasi dalam Earth Hour merupakan bentuk tanggung jawab JICT sebagai terminal peti kemas strategis nasional.
Menurutnya, keterlibatan dalam aksi ini menunjukkan kesadaran perusahaan terhadap penghematan energi dan dampak perubahan iklim.
"Penting bagi JICT sebagai terminal peti kemas strategis nasional untuk turut serta dalam aksi bersama seluruh masyarakat dunia ini," kata Budi Cahyono di Jakarta, seperti dikutip dari Viva, Minggu (23/3/2025).
Selama satu jam pemadaman listrik berlangsung, JICT berhasil memadamkan sebagian besar penerangan non-esensial di terminal. Langkah ini diterapkan dengan tetap mempertahankan aktivitas operasional utama yang berjalan 24 jam dalam tujuh hari. Keberhasilan ini menunjukkan komitmen JICT dalam mendukung gerakan global Earth Hour.
Budi berharap aksi serentak ini dapat menjadi simbol kebersamaan dalam menghemat energi listrik dan melindungi lingkungan. Menurutnya, meskipun hanya dilakukan selama 60 menit, dampak positif dari kegiatan ini dapat dirasakan secara luas.
"Walaupun hanya 60 menit, semoga berdampak positif saat JICT sebagai salah satu pusat aktivitas ekspor-impor di Indonesia terlibat untuk mengistirahatkan bumi," ujar Budi.
Sebagai bagian dari komunitas global, JICT berupaya menjalankan kebijakan yang lebih ramah lingkungan. Langkah ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mengurangi jejak karbon dan meningkatkan efisiensi energi. Earth Hour menjadi salah satu momentum penting dalam upaya tersebut.
Baca Juga: Dua Gerhana Bakal Hiasi Malam Ramadan Selama Maret, Simak Jadwalnya
Dukungan terhadap Earth Hour tidak hanya datang dari perusahaan besar, tetapi juga dari individu dan komunitas lokal. Banyak masyarakat yang mulai sadar akan pentingnya mengurangi penggunaan listrik untuk membantu keberlanjutan lingkungan.
Dengan berpartisipasi dalam Earth Hour, mereka turut mendukung upaya global dalam menjaga keseimbangan ekosistem bumi.
Setiap tahun, Earth Hour menarik perhatian banyak pihak dari berbagai sektor. Pemerintah, lembaga lingkungan, dan organisasi sosial turut serta dalam mengkampanyekan aksi ini.
Mereka mengajak lebih banyak orang untuk berpartisipasi dan memahami dampak positif dari pengurangan konsumsi listrik terhadap lingkungan. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS