Emak-Emak Pedagang Thrifting Pasar Korem Kendari Protes Harga Lods dan Sering Kecurian

Erni Yanti, telisik indonesia
Rabu, 23 Juli 2025
0 dilihat
Emak-Emak Pedagang Thrifting Pasar Korem Kendari Protes Harga Lods dan Sering Kecurian
Lods Pasar RB Korem di Kecamatan Mandonga, Kota Kendari sepi pengunjung. Foto: Erni Yanti/Telisik

" Bagi masyarakat Kendari, dan Sulawesi Tenggara umumnya, mereka menyebut thrifting adalah pakaian RB yang merujuk pada terminologi rombengan, alias bekas pakai "

KENDARI, TELISIK.ID - Sejumlah emak-emak pedagang pakaian bekas pakai, atau yang lebih dikenal dengan thrifting, di Pasar RB Korem Kendari menggelar protes dan menyampaikan keluhan terhadap pengelolaan pasar yang dinilai merugikan mereka.

Bagi masyarakat Kendari, dan Sulawesi Tenggara umumnya, mereka menyebut thrifting adalah pakaian RB yang merujuk pada terminologi rombengan, alias bekas pakai.

Ada juga yang menggunakan istilah ‘Cakar’ atau cap karung, yang juga merujuk pada pakaian bekas pakai hasil impor dari negara tertentu karena dikemas di dalam karung.  

Perihal para pedagang thrifting di Pasar Korem Kendari, mereka menuntut agar harga lods (lapak dagangan) diturunkan serta meminta pengelola lebih serius menjaga keamanan pasar agar tidak terjadi lagi pencurian.

Salah seorang pedagang thrifting, Lala, mengungkapkan bahwa sejak awal tahun 2025, kondisi pasar semakin sepi pengunjung, yang berdampak langsung pada pendapatan mereka sehingga beberapa lapak tidak buka.

Baca Juga: 31 Anak Binaan LPKA Kendari Diberi Remisi Hukuman dan 43 Tak Penuhi Syarat, Ini Ragam Kasus yang Menjerat

Dalam kondisi tersebut, harga lods dianggap masih tergolong tinggi, mulai dari Rp 500 ribu, Rp 800 ribu hingga Rp1 juta per bulan.

“Pasar makin sepi kasian kurang sekali pendapatan, bahkan dari pagi sampai sore itu kadang tidak ada. Kami minta ada kebijakan menurunkan harga lods,” ujar Lala kepada telisik.id, Rabu (23/7/2025).

Selain harga lods, masalah keamanan juga menjadi sorotan para pedagang. Menurut mereka, kasus pencurian di Pasar Korem makin sering terjadi, sementara pengawasan dan penerangan dinilai tidak memadai.

“Lampu jalan bayar terus Rp 85 ribu per bulan, tapi hanya menyala siang hari. Malam lampu mati, gelap, pencuri bebas beraksi,” keluh Lala.

Kondisi kebersihan pasar pun tak luput dari keluhan. Meski para pedagang rutin membayar iuran sampah sebesar Rp 3 ribu per hari, tidak ada petugas kebersihan yang rutin membersihkan area pasar, sehingga sampah menumpuk dan menurunkan kenyamanan.

Masalah lain yang disebutkan adalah seringnya pemadaman listrik, yang juga berkontribusi pada turunnya minat pengunjung untuk datang ke pasar tersebut.

Baca Juga: Babak Baru Dugaan Pemalsuan Dokumen Anggota DPRD Kota Kendari, Penyidik: Sudah Dilimpahkan ke Kejari

Lala dan para pedagang lainnya mengaku tidak akan tinggal diam. Mereka berencana menyuarakan tuntutan ini hingga ke DPRD Kota Kendari agar ada tindakan nyata dari pemerintah maupun pengelola pasar.

“Kalau kita telat bayar, kita langsung diancam. Tapi kalau barang kami hilang, tidak ada tanggung jawab dari pihak pasar. Kita pergi ke kantor minta lampu, tapi tidak digubris juga,” ungkapnya.

Hingga berita ini diterbitkan, telisik.id masih berupaya mengkonfirmasi pihak pengelola Pasar RB Korem di Mandonga untuk mendapatkan tanggapan resmi terkait keluhan para pedagang. (C)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga