Kisah Lauren Booth, Adik Eks Perdana Menteri Inggris yang Jadi Mualaf

Nurdian Pratiwi, telisik indonesia
Selasa, 12 Juli 2022
0 dilihat
Kisah Lauren Booth, Adik Eks Perdana Menteri Inggris yang Jadi Mualaf
Lauren Booth seorang mualaf sekaligus penyiar, jurnalis, dan aktivis pro-Palestina Britania Raya. Ia baru-baru ini bekerja untuk saluran televisi berita Iran, Press TV. Foto: Repro Tempo.co

" Hidayah dari Allah SWT datang sebagai petunjuk bagi manusia untuk memeluk Islam. Orang-orang yang dipilih tak memandang ia dari kalangan keluarga kaya atau miskin, juga tak memandang ia harus berprofesi seperti dokter, menteri atau artis sekalipun "

LONDON, TELISIK.ID - Hidayah dari Allah SWT datang sebagai petunjuk bagi manusia untuk memeluk Islam. Orang-orang yang dipilih tak memandang ia dari kalangan keluarga kaya atau miskin, juga tak memandang ia harus berprofesi seperti dokter, menteri atau artis sekalipun.

Seperti kisah seorang wanita asal inggris bernama Lauren Booth, yang merupakan seorang penulis, penyiar, dan juga aktris, sekaligus adik ipar mantan perdana menteri Inggris Tony Blair.

Namanya sempat menjadi sorotan publik dunia  tatkala Lauren memutuskan sebagai seorang mualaf. Bahkan setelah menjadi mualaf Lauren pun turut mengubah penampilannya dengan mengenakan hijab.

Mengutip dari Viva.co.id, Lauren Booth terlahir dari latar belakang keluarga selebriti yang memiliki popularitas dan tak percaya dengan agama. Namun, dia justru tumbuh menjadi orang yang berkeyakinan bahwa ada satu Tuhan di dalam hidupnya.

Lauren Booth menjadi mualaf pada tahun 2010. Perjuangannya dalam menemukan jalan Allah SWT tergolong unik, di mana awalnya dia membenci agama Islam. 

Lauren menceritakan awal mula dirinya mengenal Islam itu dimulai pada tahun 2008, saat dia menjadi relawan di Palestina. 

"Jadi saya berada di sana sebagai non muslim sepanjang bulan Ramadhan tahun 2008. Di mana lengan dan rambut saya kelihatan. Pandangan saya tentang kesopanan mungkin bukan suatu yang layak untuk dihargai," ujarnya.

Meski pada saat itu Lauren Booth bukan dari kalangan Muslim dan mengenakan pakaian terbuka, dia mengaku tetap diperlakukan dengan santun oleh warga setempat. 

"Apakah saya dengar haram dari orang Gaza? Tidak pernah sekalipun. Saat saya berada di jalan pada bulan Ramadhan dengan lengan dan rambut terbuka yang saya dengar adalah salam," lanjut dia. 

Lebih lanjut, Lauren bercerita bahwa, suatu malam dia mengunjungi sebuah keluarga yang sangat miskin di Raffa. Dimana tempat tersebut merupakan tempat asal Faris Odeh, bocah Palestina yang ditembak mati oleh Pasukan Pertahanan Israel pada tahun 2000. 

Saat sampai di rumah tersebut, Lauren disambut dengan sangat ramah oleh seorang ibu yang wajahnya seakan menampakkan cahaya.

"Dia menyambut saya seolah tinggal di Taj Mahal bukan kampung kumuh. Dan wajahnya begitu cerah bercahaya. Saya penasaran apakah dia baik-baik saja sekarang. Wajahnya begitu bersinar dan sekarang saya tahu itu disebut 'nur'. Wajahnya penuh dengan nur," ungkapnya. 

Ketika Lauren masuk ke dalam rumah itu, hanya terdapat satu ruangan dengan lantai dan dinding semen serta tidak ada apa pun di dalamnya. Yang ada hanyalah matras lusuh, yang digunakan oleh si ibu, suami, orang tua dan anak-anaknya untuk tidur. 

"Dan saya marah jika ini adalah Islam. Saya tidak habis pikir kenapa orang berpuasa? Kenapa ada Tuhan tega membuat orang lapar tambah kelaparan? Dan saya tanyakan kepada ibu di kamp pengungsian Raffa ini. Kenapa kalian puasa di bulan Ramadhan? Apa tujuannya?" tanya Lauren. 

"Kalian bilang Tuhan kalian membuat kalian hidup tanpa makan selama 30 hari, tapi di hari 31 kalian sudah tidak punya makan. Tuhan kalian buat kalian haus selama 30 hari dan pada hari 31 kalian cuma punya air keruh bahkan tidak ada sama sekali. Apa tujuannya? Kenapa kalian puasa?" tanya Lauren yang merasa tidak habis pikir pada saat itu.

Baca Juga: Niat Jadi TKW, Wanita Cantik Indonesia Ini Kaya Mendadak Usai Dinikahi Jenderal Arab Saudi

Si ibu kemudian menatap Lauren dan memberikan jawaban yang membuat Lauren semakin tertegun. 

"Saya berpuasa di bulan Ramadhan untuk mengingat (kesusahan) orang miskin," kata ibu itu menjawab pertanyaan Lauren.

Mendengar jawaban si ibu itu, pikiran Lauren kemudian dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Hingga terlintaslah di benaknya seputar pemikirannya tentang Tuhan, Islam dan menjadi Muslim. 

"Jika ini adalah Islam saya ingin jadi Muslim. Jika kasih sayang Tuhan berbentuk sebuah agama, maka saya ingin agama itu. Jika kasih sayang kalian kepada sesama meski dalam keadaan sulit berbentuk sebuah agama, maka saya ingin masuk agama itu,” katanya.

Namun, butuh waktu 2 tahun hingga akhirnya Lauren Booth mantap berhijrah dan memeluk Islam. 

"Butuh 2 tahun bagi saya hingga saya bersyahadat. Allah Maha Tahu berapa lama yang dibutuhkan bagi kita untuk cukup rendah hati dan hati kita bersih dari segala penyakit yang ada padanya," tutup Lauren Booth. 

Dikutip dari Tempo.co, saat ini, Lauren merupakan seorang aktivis dan bekerja sebagai seorang jurnalis di Press TV, sebuah saluran berita Iran berbahasa Inggris, Kala itu, keputusannya untuk memeluk islam mendapat sorotan berbagai media.

Baca Juga: Temukan Kedamaian dalam Islam, Membawa Gadis Ini Jadi Mualaf

Oleh karena itu, Lauren menerbitkan sebuah artikel di The Guardian bertajuk “Lauren Booth: I'm now a Muslim. Why all shock and hororr?”

Melalui media sosialnya, Lauren Booth kerap membagikan aktivitasnya seperti menghindari alkohol dan membaca Alquran. Bukan untuk memamerkan ibadahnya, tetapi ia berusaha menampilkan citra Islam kepada khalayak umum.

Lauren ingin menunjukkan bahwa Islam dan Muslim adalah dua hal yang tidak menakutkan seperti yang dicitrakan banyak orang. (C)

Penulis: Nurdian Pratiwi

Editor: Musdar

Baca Juga