Putus Sekolah dan Merantau Sejak SMP Demi Bertahan Hidup
Nadwa Rifada, telisik indonesia
Selasa, 19 April 2022
0 dilihat
Fina yang kelelahan karena memulung sedang duduk beristirahat di jembatan bersama naknya Bilqis. Foto: Nadwa Rifada/Telisik
" Dalam kesehariannya memulung, Fina selalu mengajak dan menggandeng anaknya, Bilqis "
KENDARI, TELISIK.ID - Roda kehidupan selalu berputar. Kadang di bawah, kadang di atas. Pilihan kita hanya menjalaninya dengan penuh rasa syukur dan ikhlas.
Setiap orang berjuang dan menghadapi ujiannya masing-masing, seperti halnya Fina. Seorang perempuan asal Raha yang berusia 22 tahun.
Ia adalah seorang pemulung yang setiap hari mengumpulkan botol, kardus, dan barang bekas apa saja yang bisa ditimbang dan ditukar dengan rupiah.
Dalam kesehariannya memulung, Fina selalu mengajak dan menggandeng anaknya, Bilqis. Saat jam 08.00 Wita Ia sudah mulai keluar rumah dan akan kembali saat jam 19.00 Wita. Perjalanan panjang yang ditempuh Fina mulai dari Kota Lama sampai dengan di Jembatan Pasar Buah sama sekali tidak membuatnya patah semangat.
Sesekali, jika ia capek menyusuri jalan dan tempat-tempat sampah, ia akan berhenti dan duduk beristirahat bersama Bilqis yang didudukkan tepat di sampingnya demi menghilangkan penat.
Baca Juga: Tak Beralas Kaki, Pemulung Ini Tiap Hari Menyusuri Jalan Raya
Walau telah menempuh jalan yang cukup jauh, Fina hanya sedikit memperoleh botol bekas. Kadangkala ia hanya memperoleh Rp 20.000 sampai Rp 50.000 dari barang bekas yang ditimbangnya, namun ia lebih sering mendapat penghasilan yang tidak tetap setiap harinya membuat kehidupannya menjadi begitu sulit.
Di siang terik matahari, dengan wajah yang terlihat berkeringat serta tubuhnya yang terasa lemas, Fina mulai bercerita bahwa dirinya merantau sejak SMP demi bisa bertahan hidup.
"Saya dari Raha, cari kerja di sini saat SMP. Saya pernah kerja di toko elektronik di Wua-wua sana. Tapi saya berhenti karena menikah," tuturnya.
Sejak SMP Fina mulai mandiri. Tidak seperti anak-anak seumurannya, Fina harus berjuang seorang diri dan harus putus sekolah demi mencari biaya kesana-kemari agar tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Baca Juga: Tak Kenal Lelah, 2 Ibu Ini Memulung hingga Larut Malam
Setelah merantau ke Kota Kendari, ia akhirnya memperoleh pekerjaan dan bisa bertahan menghadapi kerasnya kehidupan. Sampai akhirnya Fina dipertemukan dengan Lucas yang saat ini telah menjadi suaminya.
Lucas yang berprofesi sebagai sopir angkot menjadi kesyukuran tersendiri bagi Fina, karena keberadaan suaminya dapat meringankan beban hidup yang selama ini dia rasakan. Mereka saling membantu dan menghidupi satu sama lain.
Meski kehidupan Fina jauh dari kata beruntung, namun ia tetap bisa berbahagia dengan keluarga kecilnya yang hidup hanya di sebuah kos kecil di bagian Kota Lama. Baginya kehidupan yang bahagia bisa diperoleh dari perjuangan dengan penuh rasa syukur. (A)
Reporter: Nadwa Rifada
Editor: Haerani Hambali