Varian Baru Nimbus jadi Biang Keladi Lonjakan Covid-19, Menjalar Lewat Perut
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Kamis, 12 Juni 2025
0 dilihat
Varian Nimbus picu lonjakan Covid-19 global, menyebar lewat gejala pencernaan. Foto: Repro Reuters.
" Varian ini bahkan menunjukkan kecenderungan penyebaran yang tidak biasa, yaitu melalui gejala di saluran pencernaan seperti mual dan diare "

JAKARTA, TELISIK.ID - Kasus baru Covid-19 kembali meningkat di berbagai belahan dunia. Subvarian baru bernama NB.1.8.1 atau yang dikenal sebagai varian Nimbus, kini menjadi sorotan karena diyakini menjadi penyebab utama lonjakan kasus.
Varian ini bahkan menunjukkan kecenderungan penyebaran yang tidak biasa, yaitu melalui gejala di saluran pencernaan seperti mual dan diare.
Penyebaran varian Nimbus pertama kali dilaporkan pada awal tahun ini dan cepat meluas di kawasan Asia, termasuk Indonesia, Thailand, dan China. Di Eropa, Badan Keamanan Kesehatan Inggris telah mencatat 13 kasus pertama di wilayahnya pada pekan lalu.
Meskipun begitu, jumlah kasus yang sebenarnya masih belum dapat dipastikan karena rendahnya tingkat pengujian masyarakat pasca-pandemi.
NB.1.8.1 merupakan turunan dari varian Omicron dan telah diklasifikasikan oleh WHO sebagai varian yang sedang dipantau sejak 23 Mei. Status ini menunjukkan bahwa para ilmuwan menganggap varian ini memiliki potensi untuk memengaruhi penyebaran virus secara global.
Penyebaran cepat di Amerika Serikat dan Australia turut memperkuat kekhawatiran akan potensi bahaya varian ini.
Baca Juga: Tiba-tiba Menkes Keluarkan Surat Edaran Covid-19, Begini Penjelasannya
Menurut Dr. Lara Herrero dari Griffith University, hasil model laboratorium menunjukkan bahwa varian Nimbus memiliki afinitas pengikatan tertinggi terhadap reseptor ACE2 manusia dibandingkan beberapa varian sebelumnya.
“Ini menunjukkan bahwa ia dapat menginfeksi sel lebih efisien daripada strain sebelumnya,” tulisnya dalam The Conversation, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (12/6/2025).
Dr. Chun Tang dari Pall Mall Medical menambahkan bahwa varian ini memiliki beberapa perubahan pada protein lonjakannya yang memungkinkan penyebaran lebih cepat.
“Meskipun demikian, tanda-tanda awal menunjukkan virus ini tampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih serius, tetapi tentu saja, kami masih mempelajari lebih lanjut tentangnya,” ujar dr. Chun Tang.
Gejala umum dari varian ini mirip dengan varian Omicron, seperti sakit tenggorokan parah, kelelahan, batuk ringan, dan demam. Namun, gejala gastrointestinal seperti mual dan diare yang dilaporkan pada sebagian pasien membuat varian ini tampak berbeda.
Hal ini mengindikasikan potensi penyebaran virus melalui saluran pencernaan, bukan hanya saluran pernapasan.
Dr. Naveed Asif dari The London General Practice mengatakan bahwa penyebaran NB.1.8.1 telah diidentifikasi di sekitar 22 negara.
“WHO menilai risiko tambahan bagi masyarakat global saat ini rendah, dan vaksin Covid-19 yang ada dianggap efektif dalam mencegah penyakit parah,” katanya.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Kembali Merebak di Negara Tetangga, Begini Situasi Terkini Tanah Air
Kekhawatiran muncul karena varian Nimbus menunjukkan pola penularan yang lebih cepat di wilayah-wilayah padat penduduk seperti India, Singapura, dan Hong Kong.
Dalam situasi ini, penting untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama bagi masyarakat yang berisiko tinggi atau belum menerima vaksin booster terbaru.
Meski belum ada bukti bahwa varian ini lebih mematikan, para pakar menegaskan pentingnya pemantauan ketat terhadap gejala dan penyebarannya. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS