Pembangunan BTN di Puuwatu Tuai Polemik, Diduga Penyebab Rumah Warga Banjir

Riksan Jaya, telisik indonesia
Sabtu, 09 Maret 2024
0 dilihat
Pembangunan BTN di Puuwatu Tuai Polemik, Diduga Penyebab Rumah Warga Banjir
Pedagang sekitar sedang menyiram jalan yang berdebu (kiri), Drainase BTN Jebol yang membuat air dan lumpur jatuh kerumah warga (tengah), dan akses masuk ke area BTN yang dihentikan pengerjaanya, membuat timbunan memenuhi jalan raya (kanan). Foto: Riksan Jaya/Telisik

" Sejumlah rumah warga RW 14, Kelurahan Watulondo, Kecamatan Puuwatu kemasukan banjir dan lumpur diduga akibat pembangunan BTN di sekitar, pada Jumat (9/3/2024) "

KENDARI, TELISIK.ID - Sejumlah rumah warga RW 14, Kelurahan Watulondo, Kecamatan Puuwatu kemasukan banjir dan lumpur diduga akibat pembangunan BTN di sekitar, pada Jumat (9/3/2024).

Muhammad Rusdi Rudi, Lurah Kelurahan Watulondo menjelaskan, sedimen tanah yang terbawa ke jalan komplek warga akibat dari pembangunan akses jalan masuk ke BTN al-Fath yang tidak selesai.

“Awal pembelian (lahan kepada) yang namanya Pak Kimber Benli, tapi pengembang ini tidak sesuai dengan kesepakatan perjanjian, maka mereka pindah kesitu, karena (sisa pembangunan) sudah terbuka dia sudah cutting (bukitnya), turunlah itu sedimen tanah ke jalan tutup drainase. Lumpur yang turun ke jalan juga menjadi licin, harusnya dia tanggul dulu sebelum pindah,” jelasnya, Sabtu (9/3/2024).

Rusdi juga menyampaikan bahwa Camat Puuwatu dan Kepala Dinas (Kadis) DLH Kota Kendari telah datang menemui pihak pengelola BTN Al-Fath. Mereka meminta komitmen pihak pengelola untuk segera menyelsaikan persoalan dari dampak pembangunan perumahan tersebut diantaranya pembuatan talut, model drainase yang dirubah, kemudian bertanggung jawab untuk membenahi masalah pembersihan di pemukiman warga.

Baca Juga: PDAM Kendari Gratiskan Air Bersih Bagi Korban Banjir 24 Jam

Namun, Rusdi mengungkapkan, pihak pengelola BTN tidak berani membangun talut karena takut terkena pidana sebab kontrak pengerjaan telah dibatalkan.

“Karena dia takut sebenarnya itu. Coba dari awal dia sampaikan pasti akan kita bantu sampaikan ke pemilik lahan,” tutupnya.

Eca selaku Direktur Operasional PT Mahakarnya pengembang BTN Al-Fath menyampaikan, banjir yang menerjang rumah warga diakibatkan drainase di sekitar perumahan, jebol akibat debit air yang terlalu tinggi

“Debit air yang terlalu kencang tadi malam kita mau buat bagaimana juga pak, paling kita tunggu redahnya supaya bisa berbuat. Karena saya tidak buat drainase ini. Kita bisa lihat sendiri. Ini semua terbelah karena air,” ujarnya, Sabtu (9/3/2024).

Eca pun mengaku berkomitmen akan segera mengatasi persoalan yang terjadi akibat terjangan banjir yang membuat rumah warga di sekitar pembangunan BTN Al-Fath.

“Ini saya sudah kasih turun alat. Kita kerja, saya awasi langsung, kita juga bukan berdiam diri, bukan juga cari uang bawakan orang bencana. Tapi sekali lagi namanya juga air kita juga sudah berupaya. Makanya setiap ada permintaanya warga bantu bersihkan kita turun bantu bersihkan, tadi kita sudah turunkan 20 orang dari pekerja 20 orang dari dinas,” tambahnya.

Sementara itu, Amiruddin Alle (39), pemilik toko sembako dan makanan beku seberang jalan BTN Al-Fath, mengaku mengalami kerugian akibat adanya lumpur dan pasir yang menyebabkan tebalnya debu sepanjang jalan.

Baca Juga: Rumah Warga di Puuwatu Tertimpa Lumpur Diduga Akibat Pembangunan BTN

“Itu kalau masalah kerugian saya banyak sekali dirugikan. Kenyamanan pembeliku kasian terganggu, karyawan juga sudah ekstra kerjami, tadinya cuma khusus melayani, mereka ditambahkanmi pergi menyiram di jalan. Sebelumnya karena debu pembangunan kulkas saya sudah beberapa yang rusak karena tersumbat dari debu. Kalau saya tidak pasang barier di depan air masuk ke dalam. Baru saya punya strom ini terpasang di bawah lantai,” keluhnya, Sabtu (9/3/2024).

“Tidak pernah juga ada mereka mau siram-siram jalan, tidak pernah, dari awal. Mungkin mereka menyiram di wilayahnya ji mereka,” sambungnya.

Amir menyebutkan, sepengetahuaanya bahwa dalam perjanjian pembangunan talut penahan harus dibangun terlebih dahulu sebelum pembangunan perumahan. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

“Amdalnya coba dicek ulang. Di perjanjiannya mereka akan talut dan segala macam. Tapi realisasinya mereka membangun (perumahan) dulu. Harusnyakan penahan dulu baru intinya,” timpalnya. (A)

Penulis: Riksan Jaya

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga